Profil Desa Talunamba

Ketahui informasi secara rinci Desa Talunamba mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Talunamba

Tentang Kami

Desa Talunamba, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, merupakan sentra agribisnis vital di lereng perbukitan dengan komoditas salak sebagai tulang punggung ekonomi. Wilayah subur ini terus berupaya mengoptimalkan potensi pertanian dan sumber daya manusianya.

  • Pusat Agribisnis Salak

    Desa Talunamba dikenal luas sebagai salah satu penghasil utama salak di Kabupaten Banjarnegara, yang menjadi motor penggerak utama perekonomian lokal.

  • Wilayah Subur di Ketinggian Menengah

    Berada di kawasan lereng perbukitan, desa ini memiliki kontur tanah dan iklim yang sangat mendukung untuk pengembangan pertanian hortikultura.

  • Masyarakat Agraris yang Berdaya

    Struktur sosial masyarakatnya sangat lekat dengan budaya agraris, memiliki semangat kegotongroyongan dalam menghadapi tantangan, seperti yang terlihat saat penanganan bencana alam dan fluktuasi harga komoditas.

Pasang Disini

Desa Talunamba, yang berlokasi di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai salah satu kantong produksi pertanian penting di wilayah tersebut. Dengan topografi perbukitan yang subur, desa ini menggantungkan denyut nadi kehidupannya pada sektor agribisnis, khususnya budidaya salak, yang tidak hanya membentuk lanskap ekonomi tetapi juga sosial budaya masyarakatnya. Sebagai bagian integral dari Kecamatan Madukara, Talunamba memegang peranan strategis dalam menyokong ketahanan pangan dan perekonomian regional.

Geografi dan Letak Wilayah

Secara geografis, Desa Talunamba terletak di kawasan perbukitan yang merupakan ciri khas sebagian besar wilayah Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Madukara dalam Angka", Desa Talunamba memiliki luas wilayah sekitar 263,56 hektar atau 2,64 kilometer persegi, yang menjadikannya salah satu desa dengan luas menengah di kecamatannya. Letaknya berada pada ketinggian antara 296 hingga 601 meter di atas permukaan laut, menciptakan iklim sejuk yang ideal untuk pertumbuhan berbagai tanaman hortikultura.

Wilayah desa ini memiliki batas-batas administratif yang jelas. Di sebelah utara, Talunamba berbatasan dengan desa lain di dalam Kecamatan Madukara. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Banjarnegara. Batas sebelah barat dan timur juga dikelilingi oleh desa-desa tetangga di Kecamatan Madukara, menjadikannya terintegrasi erat dalam konstelasi sosial dan ekonomi kecamatan. Struktur penggunaan lahan di desa ini didominasi oleh tegalan atau kebun, yang mencapai lebih dari 60% dari total luas wilayah, diikuti oleh lahan pekarangan dan permukiman.

Demografi dan Struktur Sosial

Berdasarkan data kependudukan terakhir dari Badan Pusat Statistik dan sistem informasi desa, jumlah penduduk Desa Talunamba tercatat sebanyak 1.681 jiwa pada tahun 2023. Komposisi penduduk ini tersebar di beberapa dusun yang membentuk komunitas-komunitas kecil di dalamnya. Dengan luas wilayah 2,64 km², kepadatan penduduk Desa Talunamba yaitu sekitar 637 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup wajar untuk sebuah wilayah perdesaan agraris.

Struktur sosial masyarakat Desa Talunamba sangat kental dengan corak agraris. Sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai petani, baik pemilik lahan maupun buruh tani. Interaksi sosial antarwarga berjalan erat, diwarnai semangat gotong royong yang masih terpelihara. Hal ini terbukti dalam berbagai kegiatan desa, mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan hingga membantu sesama warga yang tertimpa musibah, seperti kejadian tanah gerak yang pernah melanda beberapa dusun dan direspons dengan solidaritas tinggi untuk relokasi warga terdampak. Kelembagaan sosial seperti kelompok tani dan organisasi kepemudaan juga aktif berperan dalam dinamika pembangunan desa.

Jantung Perekonomian: Dominasi Sektor Agribisnis

Perekonomian Desa Talunamba secara mutlak ditopang oleh sektor pertanian. Komoditas yang menjadi primadona dan ikon dari desa ini ialah salak, terutama jenis salak pondoh. Hampir setiap pekarangan dan kebun warga ditanami pohon salak, yang hasilnya menjadi sumber pendapatan utama bagi ribuan jiwa di sana. Kualitas salak dari wilayah Madukara, termasuk Talunamba, sudah dikenal di pasar regional maupun nasional.

Namun ketergantungan pada satu komoditas utama juga menyimpan risiko. Fluktuasi harga salak di tingkat tengkulak atau pasar menjadi isu krusial yang kerap dihadapi para petani. Pernah terjadi di mana harga jatuh sangat drastis sehingga petani terpaksa merugi, bahkan sempat viral video petani membuang hasil panennya ke sungai sebagai bentuk protes dan keputusasaan. "Ketika harga anjlok, biaya panen dan perawatan tidak sebanding dengan hasil penjualan. Ini menjadi tantangan berat bagi kami," ungkap seorang petani dalam sebuah laporan berita lokal.

Untuk mengatasi hal tersebut, mulai muncul inisiatif dari pemerintah desa dan kelompok wanita tani (KWT) untuk mengembangkan produk olahan berbasis salak. Program pemberdayaan seperti pembuatan dodol salak, keripik biji salak, hingga sirop salak terus digalakkan, meskipun skalanya masih tergolong industri rumahan atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain salak, warga juga menanam komoditas lain seperti alpukat, kelapa, dan tanaman palawija lainnya untuk diversifikasi pendapatan.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Roda pemerintahan di Desa Talunamba dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang bekerja sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislatif di tingkat desa. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Suntoro, seperti yang dikutip dalam beberapa pemberitaan, pemerintah desa fokus pada beberapa program prioritas, termasuk pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan infrastruktur dasar seperti perbaikan jalan usaha tani, drainase, dan talud menjadi agenda rutin untuk menunjang aktivitas ekonomi warga, khususnya dalam mengangkut hasil panen. Selain itu, pemerintah desa juga aktif dalam mitigasi bencana. Mengingat lokasinya yang rawan terhadap bencana tanah gerak, koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara dan instansi terkait lainnya menjadi kunci. Program relokasi bagi warga yang rumahnya berada di zona merah bencana merupakan salah satu bukti nyata dari fungsi perlindungan yang dijalankan oleh pemerintah desa. Dana Desa dan alokasi dana lainnya dimanfaatkan secara strategis untuk program-program padat karya tunai yang tidak hanya membangun fisik tetapi juga memberikan pendapatan tambahan bagi warga.

Potensi dan Tantangan di Masa Depan

Menatap masa depan, Desa Talunamba memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan lebih jauh. Potensi utama tetap berada di sektor agribisnis. Pengembangan produk turunan salak menjadi industri yang lebih besar merupakan sebuah keniscayaan untuk meningkatkan nilai tambah dan stabilitas harga. Peluang ini dapat diwujudkan melalui penguatan UMKM, perbaikan kemasan, dan perluasan akses pasar, termasuk melalui platform digital.

Potensi lain yang belum tergarap maksimal ialah agrowisata. Lanskap perbukitan yang asri dengan hamparan kebun salak menawarkan daya tarik unik. Konsep wisata petik salak, edukasi budidaya, hingga homestay di tengah suasana pedesaan yang sejuk dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi desa.

Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Perubahan iklim yang berdampak pada pola panen, regenerasi petani yang terancam oleh urbanisasi generasi muda, serta volatilitas harga komoditas menjadi pekerjaan rumah bersama. Selain itu, risiko bencana alam seperti tanah longsor dan tanah gerak menuntut adanya sistem mitigasi yang lebih baik dan kesadaran kolektif yang berkelanjutan.

Sebagai kesimpulan, Desa Talunamba merupakan representasi dari desa agraris yang tangguh di tengah berbagai tantangan. Dengan kepemimpinan yang adaptif dan partisipasi masyarakat yang kuat, desa ini memiliki modal sosial yang cukup untuk mengubah tantangan menjadi peluang, serta terus memantapkan posisinya sebagai denyut nadi perekonomian di perbukitan Banjarnegara.